Dahulu kala, di sekitar daerah Danau Toba, terdapat sebuah desa yang sangat subur dan makmur. Di desa itu, hidup seorang pemuda bernama Si Ganda yang terkenal akan kecerdasannya dan keberanian dalam melawan segala rintangan. Si Ganda adalah anak seorang petani yang sederhana, namun ia memiliki tekad untuk memperbaiki nasib keluarganya dan membantu sesama.

Suatu hari, Si Ganda mendapat kabar dari seorang tetua desa bahwa sebuah desa lain yang terletak di lereng gunung sedang dilanda bencana kekeringan. Selama berbulan-bulan, desa tersebut tidak menerima hujan, dan mata air yang biasa mereka andalkan mulai mengering. Warga desa mulai kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan untuk minum dan bercocok tanam.

Si Ganda merasa sangat prihatin mendengar kabar itu dan memutuskan untuk berangkat menuju desa yang dilanda kekeringan tersebut. Ia bertekad untuk mencari solusi agar desa tersebut bisa mendapatkan air yang cukup.

Dalam perjalanannya, Si Ganda melewati berbagai medan yang berat dan berbahaya. Ia menembus hutan lebat, mendaki gunung terjal, dan menyeberangi sungai yang deras. Ia berdoa dan memohon agar diberikan petunjuk oleh para leluhur agar bisa menemukan sumber air yang akan menyelamatkan desa yang sedang kekurangan air tersebut.

Setelah beberapa hari berkelana, Si Ganda akhirnya tiba di sebuah gua yang terletak di kaki gunung. Di dalam gua tersebut, ia bertemu dengan seorang penjaga alam yang sangat tua dan bijaksana. Penjaga alam itu berkata, “Wahai pemuda, kamu telah melakukan perjalanan jauh dan menunjukkan ketulusan hatimu untuk membantu desa yang kekurangan air. Untuk itu, aku akan memberimu petunjuk.”

Penjaga alam itu memberi tahu Si Ganda bahwa di puncak gunung yang sangat tinggi terdapat sebuah mata air yang sangat besar dan jernih. Mata air ini akan mengalir dengan sangat deras jika seseorang yang murni hatinya memintanya dengan sungguh-sungguh.

Si Ganda pun mengucapkan terima kasih kepada penjaga alam dan segera menuju puncak gunung yang dimaksud. Sesampainya di puncak, ia melihat sebuah danau kecil yang airnya sangat jernih dan bersih. Ia mengangkat tangannya dan memohon kepada dewa dan leluhur agar air dari danau itu dapat mengalir ke desa yang membutuhkan.

Tiba-tiba, danau tersebut mulai memancarkan air yang sangat deras, dan air tersebut mengalir turun ke lembah, menuju desa yang kekeringan. Desa yang sebelumnya kering kerontang kini menjadi subur kembali, dan air mengalir deras seperti sungai.

Warga desa sangat terkejut dan gembira melihat air yang datang begitu melimpah. Mereka sangat berterima kasih kepada Si Ganda yang telah membawa berkah besar bagi desa mereka. Sebagai tanda penghargaan, Si Ganda diberi gelar sebagai pahlawan penyelamat desa, dan tempat di mana air itu pertama kali keluar kemudian dikenal dengan nama Lau Kawar.

Lau Kawar dalam bahasa Batak berarti “mata air besar”, yang merujuk pada sumber mata air yang sangat besar yang ditemukan oleh Si Ganda di puncak gunung. Sejak saat itu, desa yang dulu kekurangan air menjadi subur dan makmur kembali berkat bantuan dan usaha Si Ganda.

Cerita ini menjadi legenda yang dikenal oleh masyarakat Batak, mengajarkan bahwa ketulusan hati dan usaha yang sungguh-sungguh dalam membantu sesama akan membawa keberkahan dan pertolongan. Lau Kawar menjadi simbol harapan dan kehidupan yang baru bagi desa yang dahulunya kekeringan