Pada zaman dahulu, di sebuah desa yang terletak di pinggir hutan, hiduplah seorang putri cantik bernama Putri Ular. Nama Putri Ular sebenarnya adalah Sibarani, namun karena suatu kutukan yang menimpanya, ia dikenal dengan sebutan Putri Ular. Ia adalah putri dari seorang raja yang sangat dihormati dan disayangi oleh rakyatnya. Kecantikan Sibarani sangat terkenal, dan banyak pemuda dari berbagai desa datang untuk melamarnya.

Namun, meskipun banyak pemuda yang ingin menikahinya, Sibarani tidak tertarik pada satu pun dari mereka. Ia selalu merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, hingga suatu hari, sebuah peristiwa misterius terjadi. Saat malam bulan purnama, Sibarani merasa sangat tertekan dan tak tahu mengapa ia merasa seperti ada sesuatu yang aneh dengan dirinya. Suatu malam, ia pergi ke sebuah danau di hutan, tempat di mana ia sering bersemedi, berharap bisa menemukan jawaban atas perasaannya.

Di danau itu, Sibarani bertemu dengan seorang pria tua yang bijaksana. Pria tua itu melihat bahwa Sibarani sedang dilanda kebingungan dan memberinya petuah. Ia memberitahu bahwa ada sebuah kutukan yang telah diturunkan padanya sejak lahir, yang membuat dirinya menjadi setengah ular. Kutukan itu hanya bisa dihapus jika ia menemukan cinta sejati yang menerima dirinya apa adanya, tanpa melihat bentuk fisiknya.

Setelah mendengar penjelasan dari pria tua itu, Sibarani sangat terkejut. Ia baru menyadari bahwa selama ini, ia tidak pernah bisa merasakan cinta sejati karena perasaan dirinya yang berbeda. Namun, pria tua itu memberi tahu bahwa ada satu cara untuk mengakhiri kutukan tersebut. Ia harus bertemu dengan seseorang yang tulus mencintainya, meskipun mengetahui bahwa ia adalah seorang putri yang setengah ular.

Putri Sibarani yang kini sangat penasaran dengan takdirnya, akhirnya mencari seseorang yang bisa menerima dirinya apa adanya. Beberapa waktu kemudian, ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Raja Nainggolan, yang dikenal sangat baik hati dan bijaksana. Raja Nainggolan adalah seorang pemuda sederhana yang tidak tertarik pada kekayaan atau kecantikan fisik. Ia tertarik pada kepribadian dan hati yang baik.

Sibarani merasa bahwa Raja Nainggolan adalah pria yang tepat untuk mengakhiri kutukannya, dan setelah beberapa pertemuan, keduanya mulai saling jatuh cinta. Namun, Sibarani merasa takut untuk mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya. Ia khawatir bahwa Raja Nainggolan akan meninggalkannya begitu mengetahui bahwa dirinya adalah seorang putri yang setengah ular.

Suatu malam, saat Sibarani dan Raja Nainggolan berada di tepi danau, Sibarani akhirnya mengungkapkan kebenaran tentang dirinya. Ia memberitahu Raja Nainggolan tentang kutukan yang menimpanya dan bahwa ia hanya bisa menjadi manusia sepenuhnya jika ada seseorang yang menerima dirinya apa adanya. Raja Nainggolan yang sangat mencintainya, dengan tegas mengatakan bahwa ia tidak peduli dengan bentuk fisik atau kutukan apapun, yang penting adalah hatinya yang tulus.

Mendengar kata-kata itu, Sibarani sangat terharu. Pada saat itu juga, kutukan yang selama ini menimpanya akhirnya terhapus. Ia kembali menjadi manusia sepenuhnya, dengan kecantikan yang luar biasa, dan berterima kasih kepada Raja Nainggolan atas cinta sejatinya.

Sejak itu, Sibarani dan Raja Nainggolan menikah dan hidup bahagia. Desa tempat mereka tinggal pun menjadi tempat yang penuh kedamaian dan kebahagiaan. Mereka menjadi contoh bagi banyak orang tentang pentingnya cinta sejati yang tidak melihat fisik, serta pentingnya menerima orang lain apa adanya.

Pesan Moral

Cerita Putri Ular menjadi legenda yang dihormati di masyarakat setempat, mengajarkan nilai-nilai tentang cinta yang tulus, keberanian, dan pentingnya melihat hati seseorang daripada hanya penampilannya.