Welcome to our online store!

Pada zaman dahulu kala, di daerah Medan, Deli terdapat sebuah kerajaan bernama Istana Gasip yang lokasinya berbatasan dengan Teluk Aru dan Sungai Rokan. Tak jauh dari kerajaan tersebut, terdapat Kerajaan Aceh yang tengah jaya-jayanya. Untuk menghindari pertikaian yang tak diinginkan, Kerajaan Gasip pindah ke sebuah daerah di tepi pantai Selat Malaka yang dikenal dengan nama Deli Tua. Kerajaan tersebut diperintah oleh raja yang dikenal dengan nama Sultan Sulaiman. Ia memiliki tiga orang anak, yaitu Mambang Jazid, Mambang Khayali, dan Putri Hijau. Masing-masing dari ketiga anak tersebut memiliki kesaktian yang berbeda. Mambang Jazid bisa mengubah dirinya menjadi seekor naga, Mambang Khayali bisa berubah menjadi meriam, sementara Putri Hijau bisa mengeluarkan cahaya hijau yang indah ketika malam bulan purnama tiba. Selain mengeluarkan cahaya hijau dari tubuhnya, Putri Hijau juga memiliki kelebihan lain, yaitu wajah yang sangat cantik dan sifat bersahaja. Pada suatu malam bulan purnama, Putri Hijau berjalan-jalan di sekitar taman Istana Deli Tua, Medan. Dan seperti biasanya, tubuhnya memancarkan cahaya hijau yang indah dan bisa terlihat dari kerajaan tetangga, yaitu Aceh. Cahaya indah tersebut membuat Sultan Mukhayat Syah, sang raja dari Kerajaan Aceh, terpesona. Ia langsung mengutus para pengawalnya untuk mencari tahu asal dari cahaya hijau tersebut. Setelah beberapa saat, mereka memberitahukan kalau cahaya tersebut berasal dari putri Sultan Deli yang cantik jelita. Mendengar jawaban tersebut, Sultan Aceh berkeinginan untuk menikahi sang putri. Melalui para pengawalnya, ia mengirimkan beberapa perhiasan untuk menunjukkan keinginannya melamar Putri Hijau. Namun, lamaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh sang putri. Hal tersebut tentu saja membuat sang sultan marah. Ia merasa sang putri sudah menghinanya dan menantangya berperang. Tanpa menunggu waktu lama, Sultan Mukhayat Syah langsung mengirimkan ratusan prajurit untuk menghancurkan Deli Tua. Peperangan antara Kerajaan Aceh dan Deli Tua pun tak dapat dihindari. Namun, ratusan prajurit yang dikirimkan dari Aceh itu rupanya justru harus menelan pil kekalahan. Tak hanya pasukan Deli lebih kuat, tapi benteng pertahanannya juga tak bisa dilewati sama sekali. Sultan Mukhayat Syah pun mencari cara untuk bisa mengalahkan Kerajaan Deli Tua. Setelah dipikirkan matang-matang, ia menemukan sebuah strategi licik. Yaitu, dengan cara menembakkan meriam berpeluru koin emas. Ketika meriam tersebut ditembakkan ke Kerajaan Deli Tua, para prajurit pelindung jadi sibuk memunguti koin-koin yang berserakan. Saat itu, bala tentara Sultan Mukhayat Syah langsung menyerang dan berhasil menaklukkan prajurit Deli Tua. Mambang Khayali tidak terima dengan kekalahan kerajaannya. Ia pun langsung mengubah dirinya menjadi meriam dan menembakkan peluru secara berturut-turut ke arah musuh. Namun, karena ia menembakkan pelurunya terlalu gencar dan lama, meriam jelmaan Mambang Khayali menjadi sangat panas. Tak lama kemudian, meriam tersebut terbelah menjadi dua dan terlempar jauh. Bagian ujungnya terbuang jauh hingga ke perbatasan Aceh, sementara pangkalnya tetap tertinggal di Deli Tua. Karena keadaan sudah kacau balau, Kerajaan Deli Tua akhirnya mengakui kekalahannya. Tak hanya itu, Putri Hijau pun ditawan oleh Sultan Mukhayat Syah. Sebelum dibawa ke Kerajaan Aceh, Mambang Jazid meminta pada sang sultan untuk memasukkan Putri Hijau ke dalam sebuah peti kaca. Kemudian ia juga memberikan persyaratan agar Sultan Aceh tak menyentuh sang putri sebelum tiba di Kerajaan Aceh. Sang sultan pun menyetujui permintaan itu. Di sisi lain, ia meminta adiknya untuk menyiapkan kemenyan, segenggam beras, dan sebutir telur ayam. Ia memerintahkan sang adik untuk membakar kemenyan kemudian menaburkan beras dan telur di Tanjung Jambu Air. Tak lupa, sang putri juga harus menyebutkan nama Mambang Jazid sebanyak tiga kali. Setelah menyebutkan pesan terakhir yang disetujui oleh Putri Hijau dan Sultan Mukhayat Syah itu, Mambang Jazid menghilang. Tak lama kemudian, Sultan Mukhayat Syah bersama pasukannya berlayar di Sungai Deli. Tak lupa Putri Hijau dimasukkan ke dalam sebuah kotak kaca. Kemudian ketika mereka tiba di Tanjung Jambu Air, sang putri keluar dari peti kaca kemudian melakukan perintah abangnya. Setelah menabur beras dan telur, sang putri menyebut nama kakak sulungnya sebanyak tiga kali. “Mambang Jazid! Mambang Jazid! Mambang Jazid! Datanglah abangku!” ucap sang putri. Mendadak, air sungai yang awalnya tenang langsung bergemuruh. Langit siang hari yang awalnya terang menjadi gelap dan petir saling menyambar bersautan seolah akan turun badai. Saat itu terjadi, Putri Hijau kembali masuk ke dalam peti kaca. Tak lama kemudian, muncullah seekor naga dari dalam sungai. Naga tersebut rupanya merupakan jelmaan dari Mambang Jazid. Sang naga kemudian mengamuk dan menghantamkan ekornya hingga kapal terbelah menjadi dua dan karam. Meski demikian, Sultan Mukhayat Syah masih bisa diselamatkan. Dalam keadaan kacau itu, peti kaca yang berisi Putri Hijau terlempar dari kapal dan terapung-apung di permukaan sungai. Sang naga jelmaan Mambang Jazid kemudian mengangkat peti tersebut dan membawanya pergi jauh hingga ke Selat Malaka. Gerakan yang sangat cepat tersebut membuat Sultan Aceh tak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya bisa termenung dan mengenang Putri Hijau yang hampir saja menjadi istrinya. |