Di suatu daerah di Teluk Dalam, berkuasa seorang raja bernama Raja Simangolong. Ia dikaruniai seorang anak perempuan yang berparas cantik jelita bernama Sri Pandan.

Pesona kecantikan Sri Pandan sudah diketahui oleh banyak pria, bahkan hingga ke negeri lainnya. Tak hanya fisiknya yang cantik, Sri Pandan juga memiliki keterampilan menenun, menganyam tikar, dan terbiasa menumbuk padi.

Pada suatu hari, Raja Simangolong berniat menjodohkan sang putri dengan seorang pangeran dari negeri seberang. Dengan menjalin pernikahan, sang raja berharap bisa melahirkan hubungan yang baik dengan negeri tersebut.

Harapan itu lantas terjawab, Raja Simangolong menerima lamaran dari Kerajaan Aceh yang berencana untuk meminang putrinya dan menikah dengan Pangeran Aceh. Sang raja pun sumringah dan begitu antusias menyabut lamaran tersebut.

Namun ternyata putrinya itu sudah menjalin hubungan secara diam-diam dengan seorang pemuda. Bahkan, keduanya sudah saling mengikat janji satu sama lain.

Ketika menceritakan rencana perjodohan itu, Raja Simangolong terkejut ketika Sri Pandan mengatakan sejujurnya bahwa dirinya sudah lebih dulu menjalin hubungan dengan seorang pemuda. Lebih mengejutkan lagi, Sri Pandan mengaku tengah menjalin hubungan dengan pembantu setia Raja Simangolong yaitu Hobatan. Sontak, sang ayah pun terkejut mendengar cerita dari putrinya tersebut.

Setelah mendengar cerita dari Sri Pandan, Raja Simangolong marah besar dan menegaskan kepada putrinya itu untuk menyudahi hubungannya dengan Hobatan. Apabila permintaan itu tidak diindahkan, sang ayah akan mengusirnya dari istana.

Lantas, Sri Pandan berusaha memperjuangkan kisah cintanya itu. Di sisi lain Hobatan justru merelakan hubungannya tersebut dan menerima lapang dada jika Sri Pandan dijodohkan dengan Pangeran dari Kerajaan Aceh.

Sri Pandan lalu kecewa dengan keputusan Hobatan. Ia mengancam akan terjun ke lubuk dibandingkan harus menikah dengan Pangeran Aceh. Lalu, Sri Pandan berkemas-kemas dan membawa seluruh barang pribadinya termasuk perhiasan emas. Di hadapan Raja, Hobatan mengatakan kepadanya bahwa telah merelakan Sri Pandan untuk menikah dengan Pangeran Aceh. Ia juga mengatakan jika putrinya itu akan terjun ke Lubuk daripada harus menikah. Raja Simangolong yang mendengar cerita dari Hobatan merasa menyesal. Kemudian, sang raja memutuskan untuk mencari putrinya bersama pasukannya. Namun sayang, pencarian tersebut tidak membuahkan hasil. Sri Pandan terjun ke dalam lubuk dengan membawa seluruh perhiasan emasnya, maka lubuk itu pun dinamakan Lubuk Emas.