Welcome to our online store!

Pada zaman dahulu, di sebuah hutan lebat di Pulau Nias, tumbuhlah sebuah pohon yang luar biasa bernama Eu Bowo. Pohon biasa. Ia dikenal sebagai pohonn pemberi segalanya buahnya bisa dimaka, daunya menyembuhkan penyakit, dan batangnya bisa berubah menjadi alat apa pun ang dibutuhkan. Masyarakat di sekitarnya sangat bersyukur atas keberadaan pohon ini. Mereka hidup rukun, saling membantu, dan selalu mengambil hasil pohon secukupnya.
Namun keterangan itu tidak bertahan lama suatu hari, datang seekor ulat kecil bernama Lito-lito yang merasa iri karena tidak mendapatkan cukup makanan dari pohon tersebut. Ia meminta kepada Pohon Eu Bowo, “Berikan aku kekuatan agar aku menadi besar dan bisa mengambil buah kapan pun aku mau.” Karena kebaikannya, pohon itu mengabulkan permintaan ulat itu. Seketika, Lito-lito berubah menjadi ayam jantan besar yang sangat kuat, bernama Si Jago.
Alawnya, Si Jago tampak seperti penjaga pohon. Tapi lama-kelamaan, ia menjadi serakah. Ia tidak hanya memakan buah pohon untuk dirinya sendiri, tetpi juga mulai menyerang ayam-ayam lain dan menakuti hewan-hewan keci di sekitar pohon. Ia tidak mau berbagi, semua hasil pohonn Eu Bowo diambil dan dikuasainya.
Melihat kekacuan itu, Eu Bowo pun menegur Si Jago, “kau diberi kekuatan untuk menjaga bukan untuk merusak”. Namun Si Jago tidak peduli. Ia justru menantang pohon, dan berkata, “Aku tidak butuh nasihat dari pohon! Aku kuat! Semua ini milikku sekarang!”. Melihat ulahnya semakin menjadi-jadi, pohon itu pun menghentikan berkahnya. Buah tidak lagi tumbuh, daun layu, dan pohon iitu mulai kering. SI Jago pun panic, karena sumber makanannya habis. Tapi ia masih belum jera.
Si Jago kemudian meminta kepada pohon agar ia berubah menjadi kambing hitam besar. Berharap bisa menjadi lebih kuat lagi. Pohon Eu Bowo terbelah. Pohon Eu Bowo dengan sedih mengabulkannya. Lalu, ia menjelma menjadi makhluk ganas bernama Si Hitam. Namun, kekuatan baru itu tidak membuatnya bijak. SI Hitam justru makin merusak, menyeruduk hewan lain, menghancurkan lading, dan menakuti penduduk desa. Akhirnya, alam pun murka. Petir menyambar langit, hujan badai turun tanpa henti, dan tanah di sekitar pohon Eu Bowo terbelah, Si Hitam jatuh ke dalam lubang yang sangat dalam dan tidak pernah muncul kembali pohon Eu Bowo yang telah kering pun kembali hidup, namun kini ia tidak lagi memberikan semua kekuatannya seperti dulu. Ia hanya memberi kepada orang-oraang yang hidup dengan hati yang baik dan tidak serakah