Kisah ini terjadi di sebuah desa tua di Mandailing, yang dikelilingi oleh hutan dan kebun jambu yang sangat lebat. Jambu di desa ini terkenal manis dan segar, disebut “jambu bayo” oleh warga setempat.

Bayo adalah seorang pemuda yatim piatu, rajin, dan jujur. Ia bekerja sebagai penggembala kerbau dan suka membantu penduduk desa. Bayo sangat menyukai pohon jambu yang tumbuh liar di hutan, dan setiap sore ia memetik buahnya sebagai bekal makan malam.

Suatu hari, Bayo menemukan pohon jambu yang sangat besar, lebih tinggi dari pohon lainnya. Anehnya, pohon ini hanya berbuah saat ia datang. Ketika orang lain mencoba memetiknya, pohon itu seolah menghilang dari pandangan. Jambu dari pohon itu manis, segar, dan tidak pernah habis.

Kabar tentang jambu ajaib itu sampai ke telinga raja. Ia memerintahkan pasukannya untuk mengambil alih hutan tempat pohon itu berada. Namun tak satu pun dari mereka berhasil melihat pohonnya.

Raja kemudian memanggil Bayo dan memaksanya untuk menunjukkan pohon itu. Bayo menolak, karena ia tahu pohon itu hanya muncul bagi mereka yang berhati bersih dan tulus.

Raja marah, lalu menghukum Bayo. Namun tiba-tiba, pohon jambu besar itu muncul di tengah alun-alun istana dan mengeluarkan cahaya terang. Dari dalam pohon itu keluar sesosok wanita tua yang berkata:

“Hanya hati yang jujur dan tulus yang bisa menikmati anugerah alam. Siapa yang tamak, akan kehilangan segalanya.”

Pohon jambu itu lalu menghilang, dan raja jatuh sakit karena rasa malu dan keserakahannya. Bayo kemudian diangkat menjadi penjaga hutan oleh rakyat, dan hidup sederhana namun bahagia. Desa tempat ia tinggal kini dikenal dengan sebutan “Lobu Jambu” (atau versi lokal lainnya tergantung wilayah).