Pada zaman dahulu, di sebuah desa yang terletak di daerah sekitar Danau Toba, hidup sebuah keluarga yang sangat sederhana. Keluarga ini terdiri dari seorang ayah bernama Si Pitung, seorang ibu bernama Boru Naga dan tiga anak mereka, yang hidup bahagia dan damai di tengah-tengah alam yang subur. Mereka hidup dengan bercocok tanam, dan desa mereka dikenal subur berkat tanah vulkanik dari gunung-gunung yang ada di sekitar daerah itu.

Di desa tersebut, ada sebuah legenda yang sangat terkenal mengenai asal-usul Gunung Sinabung. Diceritakan bahwa dulu, ada dua saudara yang sangat akrab, yaitu Sinabung dan Sembiring. Mereka adalah dua pemuda yang sangat dihormati di desa mereka. Keduanya dikenal sangat kuat dan berani. Sinabung dikenal sebagai pemuda yang sangat bijaksana dan memiliki pengetahuan tentang alam, sedangkan Sembiring dikenal sebagai seorang pemuda yang berani dan suka menantang bahaya.

Suatu hari, Sinabung dan Sembiring pergi berburu ke hutan yang sangat lebat di sekitar desa mereka. Mereka ingin menemukan hewan buruan yang sangat langka. Setelah berjalan beberapa lama, mereka menemukan sebuah tempat yang sangat indah dan terisolasi, di mana banyak tanaman dan bunga-bunga tumbuh dengan sangat subur. Tanah di tempat itu sangat subur, dan mereka melihat sebuah aliran sungai yang mengalir jernih.

Mereka memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di tempat itu. Namun, saat mereka sedang beristirahat, Sinabung merasa ada yang aneh dengan tempat itu. Ia melihat dari kejauhan sebuah gunung besar yang tampaknya sedang mendidih dan mengeluarkan asap. Sinabung menyadari bahwa gunung itu memiliki kekuatan yang sangat besar, dan ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Tanpa berpikir panjang, Sinabung memberi tahu Sembiring untuk segera pergi dari tempat itu, karena ia merasa bahwa gunung tersebut bisa meletus kapan saja. Namun, Sembiring yang sangat berani malah menantang Sinabung. Ia ingin mencoba mendekati gunung itu dan melihat dengan lebih dekat kekuatan yang ada di sana.

“Apakah kamu takut, Sinabung?” tanya Sembiring dengan nada mengejek. “Aku tidak takut dengan gunung itu. Ayo kita lihat apa yang ada di dalamnya.”

Sinabung yang sangat cemas berusaha menahan Sembiring, tetapi Sembiring tetap pergi mendekati gunung tersebut. Tiba-tiba, gunung itu mulai bergetar dan mengeluarkan suara mengerikan. Tanpa diduga, gunung itu meletus dengan sangat dahsyat, mengeluarkan lava panas dan batu-batu besar yang meluncur ke segala arah.

Sinabung yang menyadari bahwa Sembiring berada di bahaya segera berlari menuju gunung dan berusaha menyelamatkan saudaranya. Namun, meskipun ia berlari secepat mungkin, Sembiring terperangkap oleh letusan gunung yang sangat hebat. Dalam upaya terakhirnya untuk menyelamatkan saudaranya, Sinabung berhasil membawa Sembiring keluar dari letusan tersebut, tetapi tubuh Sembiring terpapar panas yang sangat tinggi.

Saat Sinabung membawa Sembiring kembali ke desa, Sembiring sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Dengan hati yang sangat hancur, Sinabung menangis dan memohon kepada roh-roh leluhur agar memberikan kedamaian bagi arwah saudaranya.

Namun, tidak lama setelah kejadian itu, tanah di sekitar desa mulai bergejolak dan gunung yang disebut Sinabung mulai aktif kembali. Tanah yang dulunya subur kini menjadi panas dan gersang. Letusan dari gunung tersebut tidak pernah berhenti, dan desa mereka pun dihancurkan oleh kekuatan alam yang luar biasa.

Masyarakat desa kemudian meyakini bahwa Gunung Sinabung adalah tempat di mana jiwa Sembiring bersemayam, sebagai bentuk peringatan bagi generasi berikutnya agar selalu menjaga keseimbangan alam dan menghormati kekuatan alam yang tidak dapat diprediksi. Gunung Sinabung kini menjadi simbol dari tragedi yang terjadi, namun juga sebagai pengingat tentang pentingnya kebijaksanaan dalam menghadapi alam dan kekuatan yang ada di sekitar mereka.

Pesan MoralCerita Asal Usul Gunung Sinabung mengajarkan kita bahwa alam memiliki kekuatan besar yang harus dihormati dan dijaga. Terkadang, keberanian yang berlebihan dan mengabaikan peringatan alam dapat membawa akibat yang sangat buruk. Penting untuk selalu bijaksana dan hati-hati dalam bertindak, serta menjaga keseimbangan dengan alam agar kita bisa hidup dengan aman dan damai.