Welcome to our online store!

Pada zaman dahulu, di sebuah desa yang terletak di kaki Gunung Sinabung, hidup sebuah keluarga petani yang sangat sederhana namun dihormati oleh masyarakat sekitar. Keluarga tersebut terdiri dari seorang ayah bernama Si Hutaraput, ibu bernama Boru Ginting, dan anak mereka yang bernama Si Boru Sembiring. Mereka dikenal sebagai keluarga yang sangat bekerja keras dan selalu menjaga tradisi serta adat istiadat Batak Karo.
Suatu hari, ketika Si Hutaraput sedang bekerja di ladang, ia mendengar kabar bahwa desa mereka sedang dilanda masalah besar. Hasil pertanian mereka mulai menurun dan tanaman mereka hampir gagal. Masyarakat desa mulai cemas dan tidak tahu harus berbuat apa.
Si Hutaraput sangat khawatir tentang nasib desanya, dan setelah berpikir keras, ia memutuskan untuk meminta bantuan kepada leluhur mereka. Ia mendaki Gunung Sinabung yang dikenal memiliki kekuatan sakral dan dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati oleh masyarakat Karo. Si Hutaraput berharap bisa mendapatkan petunjuk dan bantuan dari leluhur mereka yang menjaga keseimbangan alam.
Sesampainya di puncak gunung, Si Hutaraput bertemu dengan seorang dukun yang sangat tua dan bijaksana. Dukun itu dikenal sebagai penjaga alam dan pemegang pengetahuan leluhur. Si Hutaraput mengungkapkan permasalahan desa mereka dan memohon agar diberi solusi.
Dukun itu memandang Si Hutaraput dengan bijak dan berkata, “Kamu datang dengan hati yang tulus untuk menyelamatkan desamu. Tetapi kamu harus tahu, ada satu hal yang sangat berharga di desamu yang bisa menyelamatkan semuanya. Di dekat sungai yang mengalir di lereng Gunung Sinabung, ada sebuah batu besar yang dikenal sebagai Batu Giling. Batu itu memiliki kekuatan luar biasa dan dapat menggiling padi dengan sendirinya, memberikan berkat bagi desa.”
Si Hutaraput sangat terkejut mendengar hal tersebut, karena Batu Giling memang sudah lama dikenal sebagai benda yang memiliki kekuatan mistis dan sangat dihormati oleh masyarakat Karo. Namun, selama ini, batu itu hanya digunakan dalam upacara adat dan dianggap sebagai simbol kehidupan.
Dukun itu melanjutkan, “Batu Giling ini hanya akan memberikan berkat kepada desa yang benar-benar menghormati alam dan menjaga keseimbangannya. Untuk itu, kamu harus membawa Batu Giling ke tengah desa dan menggunakannya dengan niat yang tulus.”
Si Hutaraput yang merasa terkejut dan penuh harap segera berterima kasih kepada dukun tersebut. Ia kembali ke desanya dengan keyakinan baru dan segera mencari Batu Giling yang dimaksud.
Setibanya di desa, Si Hutaraput mengumpulkan masyarakat dan memberi tahu mereka tentang Batu Giling. Masyarakat sangat terkejut dan merasa sangat terhormat mendengarnya. Mereka pun bersama-sama menuju sungai tempat Batu Giling berada.
Batu Giling itu sangat besar dan terletak di tepi sungai. Ketika masyarakat desa mencoba untuk menggerakkan batu tersebut, mereka merasa seolah-olah batu itu berat dan sulit dipindahkan. Namun, dengan semangat kebersamaan dan niat yang tulus, akhirnya mereka berhasil mengangkat Batu Giling dan membawanya ke pusat desa.
Setelah Batu Giling diletakkan di tengah desa, masyarakat mulai menggunakan batu itu untuk menggiling padi mereka. Ajaibnya, batu itu menggiling padi dengan sangat cepat dan efisien, menghasilkan beras yang banyak. Masyarakat desa sangat senang dan bersyukur, karena mereka akhirnya mendapatkan hasil yang melimpah.
Sejak saat itu, Batu Giling menjadi simbol berkat dan kehidupan bagi desa mereka. Tanah mereka menjadi subur kembali, tanaman mereka tumbuh dengan baik, dan hasil pertanian mereka meningkat. Desa mereka kembali makmur, dan masyarakat semakin menghargai alam serta menjaga keseimbangan hidup.
Batu Giling tidak hanya memberikan hasil yang melimpah, tetapi juga mengajarkan kepada mereka untuk selalu menghormati dan menjaga alam. Masyarakat belajar bahwa berkat yang diberikan alam hanya akan datang kepada mereka yang tulus dan bijaksana dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada.
Pesan MoralCerita Batu Giling mengajarkan kita bahwa alam memberikan banyak berkat jika kita menghormatinya dan menjaga keseimbangannya. Kerja keras dan kebersamaan sangat penting dalam menghadapi kesulitan, namun lebih penting lagi adalah kesadaran untuk menjaga alam dan menggunakannya dengan bijaksana. Batu Giling menjadi simbol dari penghargaan terhadap alam dan keberkahan yang datang dari niat yang tulus dan kebijaksanaan dalam bertindak