Suku Simalungun, yang juga dikenal dengan sebutan Batak Simalungun, muncul sebagai cahaya gemilang dari Kabupaten Simalungun yang terletak di Provinsi Sumatera Utara.

Mereka merentangkan sejarah yang panjang, dengan kisah kejayaan beberapa kerajaan yang mengukir namanya.

Hal inilah Suku Simalungun yang terdiri dari Marga Damanik yang merupakan penduduk asli, dan tiga Marga pendatang yang tak kalah penting: Saragih, Sinaga, dan Purba.

Bahasa yang diucapkan dengan penuh bangga adalah Bahasa Simalungun, atau yang dikenal sebagai Hata Simalungun, sebagai bahasa kelahiran mereka. Di samping itu, suku ini pun memiliki aksara sendiri yang disebut aksara surat sisa puluh Syiah, yang terdiri dari 19 karakter unik.

Kisah kepahlawanan Suku Simalungun dimulai dari tanah suci Kampung Nagor di wilayah Sumatera Utara.

Disinilah kita mengenal Kerajaan Tanah Jawa yang berdiri megah di bawah pimpinan Raja Sinaga.

Kerajaan ini menjalin hubungan harmonis dengan dua kerajaan Suku Batak lainnya: Kerajaan Silo dari Marga Purba dan Kerajaan Raya dari Marga Saragi.

Meski memiliki afiliasi Marga yang berbeda, tiga kerajaan ini memelihara persahabatan yang kuat dan membangun masa depan yang makmur di bawah bimbingan para raja bijak.

Tantangan demi tantangan menghampiri, namun semangat persatuan tak pernah padam.

Ketika badai melanda, ketiganya bergandengan tangan menghadapi ancaman bersama. Mereka merasakan kedekatan dan dukungan saling.

Pada suatu pertempuran yang menggemparkan, Kerajaan Tanah Jawa akhirnya menyerah. Sehingga, lawan mereka meneruskan serangan mereka ke Kerajaan Silo dan Kerajaan Raya yang dengan berat hati juga harus menyerah.

Para raja dan warga mereka terpaksa menyingkir untuk menyelamatkan nyawa mereka dari serangan pihak luar.

Setelah perjalanan yang melelahkan dan penuh penderitaan, rombongan pengungsi dari Kampung Nagor menemukan tujuan di Pulau Samosir di tengah Danau Toba. i pulau ini, mereka menjalani hidup baru, menggantungkan hidup pada tangkapan ikan dan hasil bumi yang mereka tanam sendiri.

Seiring berlalunya waktu, pola kehidupan mereka semakin teratur dan berkembang pesat. Namun, kerinduan akan tanah kelahiran tak pernah reda.

Setelah berdiskusi mendalam, sebagian dari pengungsi memutuskan untuk pulang ke Kampung Nagor, meskipun daerah tersebut telah berubah menjadi sepi dan sunyi.

Lama kelamaan, tempat ini dikenal sebagai Simalungun, yang menjadi sebutan untuk kabupaten di Provinsi Sumatera Utara.

Melalui perjalanan yang panjang dan penuh perjuangan, Kabupaten Simalungun tumbuh dan berkembang.

Sehingga, menjadi entitas yang kuat dengan wilayah yang luas, terdiri dari 32 kecamatan serta 413 desa dan kelurahan.

Legenda asal usul ini menjadi inti dari sejarah dan warisan budaya yang kaya bagi Suku Simalungun di tanah Sumatera Utara. Dengan bangga, mereka mengibarkan panji-panji persatuan dan kekayaan budaya yang terus hidup dan berkembang hingga kini