Pada zaman dahulu, di sebuah desa yang terletak di sekitar Danau Toba, hiduplah seorang gadis cantik bernama Si Boru Ninsar. Si Boru Ninsar adalah anak dari keluarga yang sangat dihormati di desanya. Ia terkenal bukan hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena kepandaiannya dalam berbagai hal, seperti menenun, memasak, dan berkebun. Namun, meskipun banyak pemuda yang melamarnya, Si Boru Ninsar belum tertarik pada satu pun dari mereka. Ia memiliki hati yang penuh dengan cita-cita dan impian, dan belum siap untuk menikah.

Suatu hari, seorang raja yang sangat berkuasa dari kerajaan sebelah datang berkunjung ke desa tempat tinggal Si Boru Ninsar. Raja ini sangat terkenal karena kekayaannya dan kemegahan kerajaannya. Saat pertama kali melihat Si Boru Ninsar, raja tersebut langsung terpesona oleh kecantikannya. Ia pun memutuskan untuk melamar Si Boru Ninsar dan menjadikannya istrinya.

Namun, Si Boru Ninsar menolak lamaran tersebut. Ia merasa bahwa dirinya belum siap untuk menikah, apalagi dengan seorang raja yang belum ia kenal dengan baik. Ia menjelaskan kepada raja bahwa ia tidak ingin menikah hanya karena kekayaan atau kedudukan, tetapi ingin menikah dengan seseorang yang memiliki hati yang baik dan bisa memahami dirinya.

Raja tersebut sangat marah mendengar penolakan itu. Ia tidak terbiasa ditolak oleh wanita mana pun. Namun, alih-alih menyerah, ia malah bersikeras untuk membawa Si Boru Ninsar menjadi istrinya dengan cara apapun. Raja kemudian mengancam bahwa jika Si Boru Ninsar tidak mau menjadi istrinya, ia akan menghancurkan desa tersebut dan merampas semua harta milik rakyatnya.

Si Boru Ninsar, yang sangat mencintai desanya dan tidak ingin melihat rakyatnya menderita, akhirnya memutuskan untuk pergi menghindari raja tersebut. Ia melarikan diri ke dalam hutan, bersembunyi jauh dari mata raja. Namun, raja yang tidak mau kehilangan calon istri yang sangat cantik itu, terus mengejarnya. Dalam pelariannya, Si Boru Ninsar bertemu dengan seorang pemuda yang baik hati dan penuh kasih sayang, bernama Si Gindo-Gindo. Pemuda ini berasal dari desa lain yang jauh, namun ia mengetahui tentang kejaran raja terhadap Si Boru Ninsar. Si Gindo-Gindo merasa kasihan kepada Si Boru Ninsar dan berjanji untuk melindunginya.

Bersama-sama, mereka bersembunyi di dalam hutan yang lebat dan saling menjaga satu sama lain. Si Boru Ninsar merasa tenang dan aman bersama Si Gindo-Gindo, karena pemuda ini bukan hanya tampan, tetapi juga sangat bijaksana dan penuh perhatian. Dalam waktu yang singkat, kedekatan mereka berkembang menjadi cinta yang tulus. Si Boru Ninsar merasa bahwa Si Gindo-Gindo adalah pria yang tepat untuk dijadikan pasangan hidupnya, bukan raja yang hanya tertarik padanya karena kecantikan fisiknya.

Namun, raja tidak pernah berhenti mencari Si Boru Ninsar. Ia akhirnya menemukan tempat persembunyian mereka di dalam hutan. Dalam pertemuan itu, raja sekali lagi mencoba untuk memaksa Si Boru Ninsar untuk kembali bersamanya. Tetapi Si Boru Ninsar dengan tegas menolaknya dan mengatakan bahwa ia lebih memilih hidup sederhana bersama Si Gindo-Gindo yang baik hati, daripada menjadi ratu di kerajaan raja yang egois.

Raja yang sangat marah itu akhirnya mengancam untuk membunuh Si Gindo-Gindo, tetapi Si Boru Ninsar bertekad untuk melindungi pria yang telah ia cintai. Dengan keberanian dan kebijaksanaan yang luar biasa, Si Boru Ninsar akhirnya berhasil membujuk raja untuk meninggalkannya dan kembali ke kerajaannya. Si Boru Ninsar dan Si Gindo-Gindo pun akhirnya hidup bahagia bersama, jauh dari keramaian dan kekuasaan yang penuh dengan konflik.

Pesan MoralCerita Si Boru Ninsar mengajarkan tentang pentingnya keberanian untuk memilih jalan hidup sendiri, meskipun itu berarti menentang kekuasaan atau keinginan orang lain. Si Boru Ninsar menunjukkan bahwa cinta sejati bukan hanya tentang penampilan luar, tetapi tentang keselarasan hati, kepercayaan, dan kesetiaan antara dua orang yang saling memahami